Rabu, 25 November 2009

PENGARUH PENDIDIKAN KELUARGA TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Para ahli, baik Piaget maupun Kohlberg (Papalia, et.al, 1998; Parke dan Hetherington, 1994; Santrock, 1999; Singgih, 1991; Rice, 1993) nampaknya sependapat bahwa orang tua mempunya peran besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak. Tanggunga jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, budi pekerti bahkan nilai religiusitas sejak dini kepada anak-anaknya akan membekas di dalam hati sanubarinya. John Locke mengibaratkan bahwa hati dan otak pada diri seorang anak masih berupa lembaran kertas kosong putih bersih (tabula rasa). Lembaran itu masih bersifat murni, sehingga apapun yang terisi di atas lembaran itu sangat tergantung dari orang tua bagaimana ia menulis, mencoret, menggambar atau mewarnainya. Sementara itu, mendidik dan membimbing anak pun merupakan sebuah seni tersendiri. Tergantung bagaimana tipe pola asuh yang dipergunakan oleh orang tua dalam membimbing anak-anaknya, apakah ia menggunakan pola asuh otoriter, permisif, demokratis, atau situasional.

Demikian pula, pendidikan yang telah diterima sejak masa anak-anak akan mempengaruhi pola piker dan perilaku dalam diri remaja. Karena itu, tidak bias diabaikan peran dan tanggung jawab orang tua, yang kemudian mendapat pengaruh dari lingkungan pendidikan (sekolah), media masa, maupun situasi social politik Negara. Seorang psikolog yang mendirikan aliran ekologis. Urie Brofenbrenner mengungkap bahwa microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan cronosystem, memang mempengaruhi pola piker, dan perilau individu, termasuk moralitasnya (Papalia, Olds dan Feldman, 1998;2001). Hal ini memang tergantung individu sejauh mana ia menyikapi semua system tersebut. Makin terampil dalam menyerap nilai-nilai positif dan menjauhi nilai-nilai negative, maka makin baik pula ia dalam menerapkan nilai-nilai moral itu dalam kehidupan bermasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar