Rabu, 25 November 2009

KONSEKUENSI MASALAH AKIBAT KEHAMILAN REMAJA

Dampak lanjutan dari kehamilan remaja ternyata cukup kompleks, sehingga membuat remaja merasa tertekan, stress dan seringkali tidak mampu menghadapinya dengan baik. Para ahli dari berbagai bidang pendidikan, sosiologi, ekonomi, kedokteran, hokum menyimpulkan ada 5 masalah konsekuensi logis dari kehamilan yang harus ditanngung oleh remaja, yaitu sebagai berikut:

1. Konsekuensi terhadap pendidikan: putus sekolah (DO)
Remaja wanita yang hamil, umumnya tidak memperoleh penerimaan social dari lembaga pendidikannya, sehingga ia harus dikeluarkan dari sekolahnya. Demikian pula, remaja laki-laki yang menjadi pelaku utma penyebab kehamilan itu, mau tidak mau mengalami nasib yang sama, yaitu drop-out dari sekolahnya. Hal ini, karena pihak lembaga pendidikan merasa tidak mau kalau nama baik sekolahnya dicemari oleh tindakan yang tidak tepuji seperti itu.

2. Konsekunsi sosiologis: sangsi social
Orang tua yang anaknya hamil, akan menanggung rasa malu. Maka untuk menyelesaikan masalah ini, jalan tebaiknya ialah menikahkan anaknya yang hamil dengan remaja laki-laki pelaku utama) yang menghamilinya. Demikian pula masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau mengusir terhadap orang-orang yang melanggar norma masyarakat.

3. Konsekuensi penyesuaian dalam kehidupan keluarga baru.
Sebagai orang yang telah menikah, tentu remaja harus dapat menyesuaikan diri dalam keluarganya yang baru. Ketidakmampuan dalam menyesuiakan diri, sehingga sering terjadi konflik-konflik, pertengkaran, percek-cokan, maka akan dapat berakhir dengan perceraian. Dengan demikian, ia akan berstatus sebagai janda muda maupun duda muda.

4. Konsekuesi ekonomis: pemenuhan kebutuhan ekonomis keluarga
Sebagai orang tua, tentu mereka harus bertanggung jawab untuk memberi pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah tangga. Karena itu, mendorong remaja harus bekerja. Namun, karena ia tidak memiliki pengetahuan, ketrampilan, atau keahlian yang cukup memadai sebagai seorang professional, maka ia akan memperoleh teraf penghasilan yang rendah. Hal ini akibat dari pihak lembaga yang mempekerjakan tenaganya pun tidak akan mau untuk memberi bayaran gaji yang layak. . gaji yang kecil akan mempersulit dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Dengan penghasilan yang rendah, menyebkan remaja tidak mampu untuk membiayai kebutuhan ekonomi keluara. Ia selalu kekurangan uang/kebutuhan ekonomi rumah tangga. Hal ini membawa akibat pada masalah-masalah percek-cokan, konflik perceraian, kemiskinan, ketidakpuasan kerja.

5. Konsekuensi hukum
Karena telah hamil, maka untuk memperkuat rasa tanggung jawab, maka sebaiknya remaja melakukan pernikahan secara resmi diakui oleh pemerintah melalui kantor catatan sipil atau kantor urusan agama. Dengan menikah resmi, mereka akan terhindar dari sangsi social, sebab mereka menjadi suami-istri yang sah. Sehingga kalau mereka mempunyai anak, maka anak tersebut sudah sah secara hokum yang teruang dalam hokum perkawinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar