Rabu, 25 November 2009

PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK REMAJA

Perubahan organ-organ reproduksi yang makin matang pada remaja, menyebabkan dorongan gairah dan seksual remaja makin kuat dalam dirinya. Banyak media masa, seperti intenet. Televisi Koran atau majalah yang menyampaikan informasi secara bebas kepada masyarakat umum, termasuk remaja. Sementara itu, menurut Piaget (dalam Papalia, dkk. 1998; Turner dan Helms, 1995; Berk, 1993; Rice, 1993; Santrock, 1999) walaupun remaja telah mencapai kematangan kognitif, namun dalam kenyataannya mereka belum mampu mengolah informasi yang diterima tersebut secara benar. Akibatnya perilaki seksual remaja, seringkali tidak terkontrol dengan baik. Mereka melakukan pacaran, kumpul kebo, seks pra-nikah atau mengadakan “pesta seks” dengan pasangannya, yang menyebabkan hamil muda, timbulnya penyakit menular di kalangan remaja.

Untuk itu, peran sekolah, orang tua, media masa maupun pemerintah adalah memikirkan dan membuat program pendidikan seksual untuk remaja (Moglia dan Knowles, 1997). Hal-hal yang perlu diberikan dalam pendidikan seksual seperti: (a) perubahan dan fungsi organ-organ reproduksi selama remaja, (b) perubahan kondisi psikologis-emosional selama masa pubertas, (c) dampak positif negative media masa bebas terhadap perilaku seksual remaja, (d) fungsi dan kegunaan alat-alat kontrasepsi, seperti: IUD kondom, (e) cara mencegah dan mengatasi terjadinya hubungan bebas di kalangan remaja.

Dalam pendidikan tersebut, sebisanya dapat dilaksanakan secara fleksibel, artinya mencoba metode atau teknik apa yang akan dipergunakan dalam menyampaikan pengajaran kepada remaja. Teknik-teknik yang dipergunakan dapat melalui ceramah dan Tanya jawab, pemutaran film dan diskusi, dialog, dan sebagainya. Adapun, pihak-pihak professional yang dapat dilibatkan dalam menyampaikan materi tersebut berasal dari dokter, psikolog, guru/dosen, ulama (yai/pendeta), pekerja social.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar