Rabu, 25 November 2009

ANOREXIA NERVOSA

Anorexia nervosa ialah gangguan pola makan dengan cara membuat dirinya merasa tetap lapar (self-starvation). Biasanya terjadi pada remaja wanita yang tengah menginjak bangku SMU (sekolah menengah umum). Adapun tujuan mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan fisik yang ramping dan menarik perhatian dari lawan jenisnya.

Faktor-faktor penyebab terjadinya anorexia nervosa yakni antara lain:
1. Reaksi terhadap tekanan social,
2. Depresi,
3. Diet makanan yang terlalu ketat,
4. kerusakan system syaraf akibat kecelakaan.

Berikut penjelasan selengkapnya,
1. Reaksi terhadap tekanan sosial
Masyarakat sering kali menuntut agar seseorang untuk memiliki bentuk tubuh ideal, yaitu memiliki penampilan fisik yang ramping, atletis, dan tidak gemuk. Namun, hal ini tergantung bagaimana kemampuan individu untuk mepersepsi terhadap tuntutan atau tekanan social (social stressor) tersebut. Individu yang mampu menghadapi tekanan social, yaitu yang ditandai dengan mengabaikan atau membiarkan tekanan tersebut agar jangan mengganggu dirinya, maka orang tersebut tidak akan terpengaruh oleh lingkungan social tersebut. Ia akan melakukan pola makan yang teratur, apapun akibatnya, apakah menjadi gemuk akan membuat diri individu tak mengalami gangguan makan. Sebaliknya, bagi remaja yang mepersepsi positif terhadap terhadap tuntutan social tersebut, maka tuntutan itu dianggap sebagai suatu tantangan. Ia akan merasa optimis untuk membuktikan diri bahwa dirinya dapat memenuhinya dengan baik. Bila ia berhasil, maka ia akan merasa senang, bangga, dan bahagia, sebab dapat memiliki tubuh yang ramping dan menarik. Sebaliknya remaja yang gagal dalam memenuhi tuntutan social, cenderung memiliki persepsi negative terhadap penampilan fisiknya. Akibatnya ia terpacu untuk makin meperketat pola makannya. Lama-kelamaan, hal ini justru menyebabkan ganguan pola makan (anorexia nervosa)

2. Depresi
Gangguan emosional yang besifat ekstrim, seperti depresi akan berakibat fatal bagi kehidupan individu. Depresi dapat terjadi, sebagai akibat dari: (1) kegagalan meraih prestasi belajar di sekolah (drop out), (2) gagaldalam pemilihan teman hidup (pacar, cerai), (3) ditolak dalam lingkungan pergaulan social. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan remaja merasa dirinya tak berharga, putus asa, sampai kemudian lupa makan atau mogok makan yang berkepanjangan. Dengan demikian, remaja akan memiliki kondisi badan yang kurus, karena kurang makan, kurang vitamin, gizi (mal-nutrisi). Akibat selanjutnya, dapat menimbulkan gangguan anorexia-nervosa.

3. Pengontrolan diri (diet) yang terlalu ketat
Keinginan untuk tampil menawan dan menarik terhadap lawan jenis, merupakan salah satu gaya hidup bagi sebagian besar para tokoh masyarakat, artis, tokoh model atau remaja. Upaya untuk mencapai hal tersebut, mendorong remaja untuk selalu menjaga dan mengontrol secara ketat kondisi badannya, agar tidak gemuk. Bila kelihatan lebih gemuk, maka ia akan mencoba mengurangi pola makannya, atau bahkan ketika merasa lapar, dirinya tetap tidak makan. Dengan cara ini, akan berakibat pada gangguan pola makan (anorexia nervosa).

4. Kerusakan system syaraf (hypothalamus) akibat kecelakaan atau penyakit
Tak seorang pun menghendaki adanya kecelakaan atau penyakit dalam dirinya. Akan tetapi, adakalanya kecelakaan atau serangan penykit tak dapat dihindari oleh seseorang. Jenis penyakit tertentu, seperti stroke, penyakit jantung, paru-paru atau kecelakaan yang merusak bagian hypothalamus, yang kemudian akan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan fisik. Di mana individu tetap kurus (anorexia nervosa), walaupun sudah makan banyak.

Efek samping terjadinya anorexia nervosa di antaranya adalah perilaku jadi over-aktif, menstruasi tidak teratur, bahkan menstruasi dapat berhenti, wajah nampak lebih tua dari usia yang sebenarnya, dan badan kurus kelihatan tulang-tulangnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar