Minggu, 11 Oktober 2009

MANFAAT STATISTIKA DALAM ILMU PSIKOLOGI

Pada dasarnya ilmu- ilmu yang kita pelajari saling berkaitan. Seperti ilmu Filsafat dengan psikologi, devinisi umum dari psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia dan binatang serta penerapannya pada permasalahan manusia, sedangkan filsafat adalah berawal dari rasa heran, kesangsian atau keraguan akan suatu hal, dan kesadaran akan keterbatasan. Jadi, jika di pikir menggunakan secara nalar tokoh atau ilmuan psikologi selalu berfilsafat dalam mencari kebenaran dari sesuatu hal yang mereka temui dalam suatu masalah atau kasus.

Mungkin bagi orang yang asing dengan psikologi akan merasa bingung. Apa sih hubungannya psikologi dengan statistika? Ternyata ada, jika kita mau mencari tau dan mempunyai rasa ingin tau kita akan mendapatkan jawabannya.

Istilah ’statistika’ (bahasa Inggris: statistics) berbeda dengan ’statistik’ (statistic). Pengertian statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Statistika merupakan ilmu yang berkenaan dengan data, sedang statistik adalah data, informasi, atau hasil penerapan algoritma statistika pada suatu data. Beberapa istilah statistika antara lain: populasi, sampel, unit sampel, dan probabilitas. Statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis, ekonomi, dan industri).

Ada tiga hal yang sangat penting dari statistik yaitu:


Data yang tersedia atau data historis.

Merupakan suatu nilai numerik yang diperoleh dari keterangan masa lampau. Diolah menjadi informasi yang nantinya berguna dalam menentukan keputusan.


è x: orang yang mengalami trauma. Cara seorang psikolog yang membantu seseorang yang mengalami trauma dengan melihat kejadian yang terjadi pada dirinya dari awal peristiwa atau kejadian yang membuat seseorang menjadi trauma dan mulai membantu mengatasinya.


Kriteria Keputusan.

Dalam statistika kita sering dihadapkan pada beberapa pilihan. Masing-masing pilihan memiliki nilai/ manfaat dan konsekuensi yang harus diambil atau dengan kata lain harus menentukan kaputusan. Dari pilihan- pilihan tersebut akan muncul berbagai kriteria keputusan. Sama hanlnya dengan pilihan, masing- masing kriteria keputusan memiliki manfaat dan akibat bagi kita.


è x: Jika seseorang melakukan penelitian, mereka akan memikirkan mana yang terbaik dalam apa yang mereka lakukan. Seperti, seandainya mereka ingin melakukan observasi mengambil sampel dari kehidupan seseorang mereka harus memikirkan dampak apa yang akan di alami oleh sampel itu dan manfaat apa yang akan di dapat oleh si sampel jika bersedia menjadi objek observasinya.

è x: Saat seorang ibu harus memikir kan kebutuhan apa yang harus di dahulukan. Seperti biaya sekolah anak, kebutuhan sehari- hari dan alat rumah tangga atan perabotan rumah.

Ada Keputusan.

è x: Dalam suatu awal pasti harus ada akhir, dan di dalam pemikiran pasti ada keputusan untuk menjalankan suatu kejadian ataupun untuk membantu seseorang memecahkan masalahnya.


è x: Untuk bidang Psikologi Industri dan Organisasi. Di saat krisis, apakah perusahaan perlu mencari tenaga kerja baru atau tidak. Tentu saja dengan memikirkan baik- buruknya.

Sesungguhnya statistika selalu berkaitan denngan kehidupan sehari- hari bukan hanya pada ilmu Psikologi saja. Walaupun kita tidak pernah sadar apa yang kita lakukan sehari- hari.

PERBEDAAN PSIKOANALISA SIGMUND FREUD DENGAN ERIKSON

Pandangan Psikoanalisa Sigmund Freud

Ia meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan lengkapnya antara lain :

1) Kesadaran dan Ketidaksadaran

Freud berpendapat bahwa kehidupan psikis terdiri dari : kesadaran (the conscious) dan ketidaksadaran (the unconscious). Kesadaran dapat diibaratkan seperti permukaan gunung es yang nampak. Jadi kesadaran itu merupakan bagian kecil dari kepribadian. Ketidaksadaran yang merupakan bagian kecil dari gunung es di bawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku manusia. Menurut Freud ada bagian lain yang disebut Prasadar (preconscious). Dalam preconscious stimulus-stimulus belum direpres,sehingga dapat dengan mudah ditimbulkan kembali dalam kesadaran.

Menurut Freud kepribadian terdiri dari Id, Ego dan Super ego. Id merupakan bagian primitif dari kepribadian. Id mengandung insting seksual dan isting agresif. Id membutuhkan satisfaction dengan segera tanpa memperhatikan realitas yang ada,sehingga sering disebut dengan prinsip kenikmatan (pleasure principles). Ego disebut dengan prinsip realitas (reality principles). Ego menyesuaikan diri dengan realitas. Sedangkan super ego merupakan prinsip moral (morality principles),yaitu mengkontrol perilaku dari segi moral.

2) Insting dan Kecemasan

Freud menyatakan insting terdiri dari isting untuk hidup (life instinct) dan insting untuk mati (death instinct). Life instinct mencakup lapar,haus dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif yang disebut “ Libido”. Sedangkan death instinct merupakan kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri atau bunuh diri atau ditujukan keluar merupakan bentuk agresi.

Menurut Freud ada tiga macam kecemasan yaitu :

Ø Kecemasan objektif

Merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata.

Ø Kecemasan neurotik

Merupakan kekuatan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif.

Ø Kecemasan moral

Merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral. Misalnya seseorang merasa cemas karena melanggar norma-norma moral.

3) Mekanisme pertahanan (defence mechanism)

Bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh super ego dan ego. Mekanisme pertahanan ini berfungsi unutk melindungi super ego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak terus menerus karena tidak diijinkan muncul oleh super ego.

Sembilan mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Freud adalah :

a) Represi

Represi terjadi, misalnya kalau seseorang mengalami suatu peristiwa, tetapi karena pengalaman itu ternyata mengancam/bertentangan dengan super ego maka pengalaman tersebut ditekan atau di repres masuk ke dalam ketidaksadaran dan disimpan agar tidak mengancam super ego lagi.

b) Pembentukan reaksi (reaction formation)

Reaksi seseorang yang sebaliknya dari yang dikehendaki, agar tidak melanggar ketentuan dari super ego.

c) Proyeksi (projection)

Karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orang lain maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap dirinya.

d) Penempatan yang keliru (dispacement)

Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhadap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga.

e) Rasionalisasi (rasionalisation)

Dorongan-dorongan yang sebenarnya dilarang oleh super ego,dicarikan dasar rationalnya sedemikian rupa sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.

f) Supresi (supression)

Supresi adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya. Berbeda dengan represi,dalam supresi hal yang ditekan atau disupresi adalah hal-hal yang timbul dari ketidaksadarannya sendiri dan belum pernah muncul dalam kesadaran.

g) Sublimasi (sublimation)

Dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dialihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat.

h) Kompensasi (compensation)

Untuk meutupi kegagalnnya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut atau yang berkaitan dengan organ fisiknya. Dengan demikian egonya terhindar dari ejekan atau rasa rendah diri.

i) Regresi (regression)

Untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadap egonya ,individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak.

Selain itu, dia juga memberikan pernyataan pada awalnya bahwa prilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas pada awalnya (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya.Pengalaman seksual dari Ibu, seperti menyusui, selanjutnya mengalami perkembangannya atau tersublimasi hingga memunculkan berbagai prilaku lain yang disesuaikan dengan aturan norma masyarakat atau norma Ayah. Dan setiap individu mempunyai seksualitas kanak-kanak (infantile sexuality) yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat perkembangan (perkembangan psikoseksual), yaitu :

Ø Fase oral/mulut (lahir sampai 12-18 bulan)

Pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat di sekitar mulut. Contoh : perbuatan bayi menyusu pada ibunya atau memasukkan benda-benda ke dalam mulutnya adalah dalam rangka mencapai kepuasan seksual fase oral ini.

Ø Fase anal/anus (12-18 bulan sampai 3 tahun)

Daerah kepuasan seksual berpindah ke anus contoh : pada saat buang air besar ( toilet training).

Ø Fase phalic (3 tahun sampai 6 tahun)

Kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin. Tetapi berbeda dengan seks orang dewasa, kepuasan seks fase phalic ini tidak bertujuan mengembangkan keturunannya.

Ø Fase laten (6 tahun sampai pubertas)

Masa yang relatif tenang diantara tahapan-tahapan yang lebih bergelora.

Ø Fase genital (pubertas sampai kedewasaan)

Dimulai sejak masa remaja. Segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.

Freud menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.

Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai "obat dengan berbicara". Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.
Erik H. Erikson (1902-1994)

Perkembangan kepribadian Menurut Erikson
Menurut Erikson, perkembangan manusia melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu dari kekuatan dasar manusia yaitu harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, cinta, perhatian, kesetiaan dan kebijaksanaan. Perjuangan di antara dua kutub ini meliputi proses di dalam diri individu (psikologis) dan proses di luar diri individu (sosial). Dengan demikian, perkembangan yang terjadi adalah suatu proses adaptasi aktif.
Menurut Erikson, remaja memiliki dua kutub dialektik yaitu Identitas dan Kebingungan. Salah satu dari pencarian individu dalam tahapan ini yaitu pencarian identitas dirinya dengan menjawab satu pertanyaan penting yaitu “Siapa Aku?”. Bila individu berhasil menjawabnya akan menjadi basis bagi perkembangan ke tahap selanjutnya. Namun, apabila gagal, maka akan menimbulkan kebingungan identitas di mana individu tidak berhasil menjawab siapa dirinya yang sebenarnya. Apabila seorang individu tidak berhasil menemukan identitas dirinya, maka ia akan sulit sekali mengembangkan keintiman dengan orang lain terutama dalam hubungan heteroseksual dan pembentukan komitmen seperti yang terdapat dalam pernikahan.
a. Perkembangan kepribadian dalam teori psikoanalisis Erickson
1. Trust VS Mistrust (0-1/1,5 tahun).
Perkembangan basic trust, essensial. Dalam derajat tertentu diperlukan juga perkembangan ketidakpercayaan (mistrust) untuk mendeteksi suatu bahaya atau suatu yang tidak menyenangkan & membedakan orang-orang yang dapat dipercaya / tidak
2. Otonomi VS Rasa Malu dan Ragu ( early chilhood : 1/1,5-3 tahun).
Mulai mengembangkan kemandirian. Bisa timbul kegelisahan, ketakutan dan kehilangan rasa pencaya diri apabila suatu kegagalan terjadi.
3. Inisiatif VS Rasa Bersalah (late chilhood:3-6th).
Komponen positif adalah berkembangnya inisiatif. Modalitas dasar psikososialnya : “membuat”, “ campur tangan”, “mengambil inisiatif” , membentuk”, melaksanakan pencapaian tujuan dan berkompetisi”
4. Industri VS Inferiority ( usia sekolah:6-12 tahun).
Dimulai industrial age. Pengalaman berhasil memberikan rasa produktif, menguasai dan kompetitif. Kegagalan menimbulkan perasaan tidak adekuat & inferioritas merasa diri tidak tidak berguna.
5. Identitas dan Penolakan VS difusi Identitas ( masa remaja: 12-20 tahun).
Tahap perkembangan sebelumnya memberi kontribusi yang berarti pada pembentukkan Identitas dapat terjadi krisis identitas. Fungsi dasar remaja : mengintegrasikan berbagai identifikasi yang mereka dapat pada masa kanak-kanak untuk melengkapi proses pencarian identitas
6. Intimasi dan Solidaritas VS Isolasi (Early adulthood : 20-35 th). Perkembangan identitas mendasari perkembangan keakraban indvidu dengan orang lain. Kemampuan mengembangkan hubungan dengan sejenis/lawan jenis. Salah satu aspek keintiman adalah solidaritas. Jika keintiman gagal dicapai, individu cenderung menutup diri.
7. Generativitas VS Stagnasi/ mandeg ( middle adulthood : 35-65 th ).
Generativitas bertitik tolak pada ‘ pentingnya dan pengarahan generasi berikutnya’. Penting menumbuhkan upaya-upaya kreatif dan produktif . Bila generativitas gagal, terjadi stagnasi.
8. Integritas VS Keputusasaan (later years: diatas 65 th).
Secara ideal telah mencapai integritas Integritas : menerima keterbatasan hidup, merasa menjadi bagian dari generasi sebelumnya, memiliki rasa kearifan sesuai bertambahnya usia, merupakan integrasi akhir dari tahap-tahap sebelumnya. Bila integritas gagal : timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah dan belum dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi kematian

Tahapan perkembangan menurut berbagai teori (dalam Papalia, Old, dan Feldman, 2008, hlm. 41)
Tahapan Psikoseksual (Freud) Tahapan Psikososial (Erikson)
Oral (0-12-18 bln). Sumber kenikmatan utama bayi melibatkan aktivitas berorientasi mulut (menghisap & menelan).
Kepercayaan dasar vs Ketidakpercayaan (0-12-18 bln). Bayi mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik & aman. Hikmah: harapan.
Anal (12-18 bln-3 th). Anak mendapatkan kepuasan sensual dengan menahan atau melepaskan feces. Zona kepuasannya adalah daerah anal, & toilet training merupakan aktivitas penting. Autonomi (kemandirian) vs rasa malu & ragu (12-18 bln-3 th). Anak mengembangkan keseimbangan independent & kepuasan diri terhadap rasa malu & keraguan. Hikmah: kehendak.

Phallic (3-6 th). Anak menjadi lengket dengan orang tua dari lain gender & kemudian mengidentifikasikannya dengan orang tua sama gender. Superego berkembang. Zona kepuasannya bergeser ke daerah genital. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 th). Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktivitas baru & tidak terlalu terbebani oleh rasa bersalah. Hikmah: tujuan.

Latency (6-pubertas). Masa yang relative tenang di antara tahapan-tahapan yang lebih bergelora. Industri vs inferioritas (6-pubertas). Anak harus belajar keterampilan budaya atau menghadapi perasaan tdk kompeten. Hikmah: keterampilan.
Genital (pubertas-dewasa). Kemunculan kembalil dorongan seksual terhadap phallic, disalurkan kepada kematangan seksualitas masa dewasa. Identitas vs kekacauan identitas (pubertas-dewasa awal). Remaja harus menentukan pemahaman akan diri sendiri (“siapakah saya ini?”) atau merasakan kekacauan peran. Hikmah: loyalitas/dapat dipercaya.
Intimasi vs isolasi (dewasa awal). Individu mencoba membuat komitmen dengan orang lain; apabila tidak sukses, maka ia akan menderita isolasi & pemisahan diri. Hikmah: cinta.
Produktivitas vs stagnasi (dewasa tengah). Perhatian orang dewasa yang sudah matang adalah membangun & membimbing generasi selanjutnya atau merasa tidak PD. Hikmah: rasa peduli.
Integritas ego vs putus asa (dewasa akhir). Individu yang lebih tua mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat menerima kematian, atau sebaliknya, putus asa atas ketidakmampuannya menghidupkan kembali hidupnya. Hikmah: kebijaksanaan.
A

Skizofrenia

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).

Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.

Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.

Gejala

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:

  1. Gejala-gejala Positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.

  1. Gejala-gejala Negatif

Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).

Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan stres post-traumatik. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.

Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.

Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.

Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.

Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh. Kisah John Nash, doktor ilmu matematika dan pemenang hadiah nobel 1994 yang mengilhami film a beatiful mind, membuktikan bahwa penderita skizofrenia bisa sembuh dan tetap berprestasi.